Fanfictions Kim Ryeowook - My True Happiness

Kim Ryeowook
pic : riyaku-runa.deviantart.com
  • Genre : Romance, family
  • Length : One Shoot
  • Rated : 15+
  • Main cast : Kim Ryeowook |Lee Ji Hyun | Kim Joong Woon and other cast
  • Author : Kyuta90
  • Twitter : @ta_viana
*Jihyun POV*
Hari ini aku terbangun lagi karena tangisan Yu putra kami yg berusia 1,5 tahun. Kim Shin Yu. Begitu membuka mata, ku edarkan pandangan mencari suamiku, lampu kamar menyala.
"kemana dia?" gumamku sambil berjalan kearah box bayi Yu dan mengangkatnya.
"Yu sayang.. Ini Eomma.. Iya iya"ucap ku sambil menepuk-nepuk pelan ke bokongnya.
Pintu kamar kami terbuka dan kulihat muka paniknya sambil membawa botol susu.
"Ahh ini, Yu bangun lagi? Aku tinggal sebentar kedapur setelah tadi ku gendong hingga dia tenang" katanya menyodorkan botol susu itu.
"Ne.. Appa, kenapa tidak kau bangunkan aku?" tanya ku sambil meminumkan Yu. Memang sudah 3 bulan ini air susu ku tidak mau keluar lagi entah mengapa. Padahal sudah menggunakan pompa dan berbagai obat pelancar. Namun hasilnya nihil, kami juga sudah mengonsultasikannya pada dokter dan dianjurkan untuk beralih ke susu formula serta makanan pendamping.
"Ahh aku panik tadi, secepatnya setelah Yu tidur lagi aku langsung berlari ke dapur" jawabnya sambil mengelus puncak kelapa putra kesayangannya itu.
Dia suamiku ini, sosok suami idaman mungkin untuk semua istri. Semua teman ku berkata begitu, tapi entahlah aku merasa dia itu teman ku, teman hidup menjalani sisa umur dan merajut semua rencana bersama.
Cinta? Jujur aku tak tau, kalau boleh aku lancang berkesimpulan, sampai sekarang aku belum yakin aku mencintainya. Yah kami dijodohkan, setelah 3 kali pertemuan dan 6 bulan persiapan kami pun menikah.
Yu? dia memang buah cinta kami, putra ku, putra kami. Aku melakukannya semata karena baktiku pada orang tua dan kewajiban sebagai seorang istri. Itu hak nya kenapa harus aku tutupi. Mungkin dia bisa memiliki fisikku dan mungkin hatiku, tapi tidak untuk cinta ku.
Ada pepatah entah dari antah berantah mana yang memang cocok dengan keadaan ini.
" Untuk seorang pria akan ada 1 gadis yang tidak bisa ia dapatkan, dan bagi wanita, ada pria yang akan dia simpan dihatinya seumur hidup"
Yah mungkin aku lah wanita yang terjebak itu. Aku masih mencintainya, pria itu, walau mungkin ia tak pernah tau.
Sudah hampir terkubur semua asa ku untuk bisa melihat mata indah dan selalu tampak terluka miliknya. Hingga sampai 3 hari yang lalu. Rasa berdebar itu muncul lagi.


-3 days ago-

Hari ini aku sedang menginap dirumah mertuaku di Daegu, ayah mertua berulang tahun, maklum suamiku putra satu-satunya. Aku pergi berbelanja ditemani pembantu milik ibu mertua. Betapa sayang nya ia padaku hingga tak rela jika menyuruhku kerepotan sendiri.
Dan disanalah aku bertemu dengannya.
"Lee Ji Hyun-ssi" panggil seseorang sambil memegang pundakku.
Kuputar tubuh menghadapi arah suara. Mata ku mengerjap beberapa kali. Kaget luar biasa.
Dia berdiri persis dihadapanku. Tersenyum ramah.
"Yaa... Kenapa bengong?"panggilnya lagi
"A... Anniy.. Lama tidak bertemu" sapa ku seakan baru siuman.
Kami mengobrol padahal dulu aku hanya bisa melihatnya saja, hanya berbicara sesekali.
Dulu ia begitu populer, dia juara umum di SMP ku. Teman sekelasku. Kim Joong Woon, cinta pertamaku.
Dari obrolan hari itu ku tahui bahwa ia adalah manager operasional dari swalayan ini, baru 3 bulan menjabat dan ia belum menikah.
Ahh poin itu entah mengapa membuatku agak tergelitik untuk tersenyum. Cerdas, tampan,dan mapan, kenapa belum memiliki pasangan. Dia tidak bertanya tentang statusku. Mungkin karena terburu-buru, maklum dia ada disini untuk bekerja.
Kami sempat bertukar nomer telepon. Tak pernah ingin ku menghubunginya, aku sangat menghormati suamiku, bagiku ia tak ada celanya namun tak pula juga ia bisa mengambil hatiku. Ohh Ryeowook-ssi, wae? Apa kau yang begitu polos atau hatiku saja yang memang tak ingin dibuka.
Seusai Yu tidur aku kembali bersiap untuk pula tidur, kupandangi ayah Yu. Ia masih mengelusi pipi putranya dengan sayang sambil tersenyum sesekali, membuatku ikut tersenyum.
"Appaaa…" panggilku pelan. Semenjak Yu lahir kami memang sudah sepakat untuk saling memanggil Appa dan Eomma agar Yu terbiasa mendengarnya kemudian menirukannya.
"hmm" sahutnya
"ayo tidur.."ajak ku
"nee, sebentar lagi" ujarnya tanpa menoleh.
"hmm.. sepertinya aku kalah dari Yu, tanpa suara pun ia bisa membuatmu tetap disampingnya"
"yaaa apa kau cemburu??" katanya yang kali ini menoleh. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ada sms masuk.
"haha anniya " tawaku sambil meraih ponsel.
JoongWoon? Alisku bertaut. Klik
-Lee ji hyun ssi, apa bisa kita bertemu besok?-
Katanya di sms.
Tak ku sangka tiba-tiba Ryeowook naik ke ranjang dan masuk ke dalam selimut lalu memandangi wajahku sambil tersenyum dengan tangannya menopang pipi. Merasa dipandangi seperti itu aku buru-buru memencet tombol kunci, menaruh ponsel di meja dan membalas tatapannya.
"Wae?" tanyaku sambil merenyit
"Anni.." jawabnya lalu mengecup sekilas kelopak mata kiriku, membuatku terpejam sebelah, kemudian menaruh kepalanya dibantal. Aku pun tersenyum. Kemudian buru-buru terpejam memeluk lengannya untuk mehalau pikiran tentang sms Joongwoon tadi.
-o0o-
Pagi benar Ryeowook sudah memasak didapur walau masih mengenakan piyamanya. Sudah menjadi kebiasaan bahwa sarapan dia yang sengaja menyiapkan, terutama ketika aku hamil dulu hingga tak bisa mengerjakan apapun, dia lah yang melakukannya. Profesinya sebagai arsitek membuat ia bisa membawa pekerjaannya ke rumah hingga dapat meluangkan waktu mengurusku.
Ku pandangi box bayi Yu, ia masih terlelap. Aku duduk lalu menguncir rambut dan beranjak menuju dapur bergegas mengambil piring.
"Appa, hari ini nasi goreng lagi?" tanyaku
"nee, belum bosan kan?"jawabnya sambil mematikan kompor.
"kalau suami ku yang membuat pasti akan kumakan"jawab ku sekenanya.
"walau tak enak?" celetuk Ryeowook
"sayangnya itu selalu enak" kataku gombal
"kau ini.. "jawabnya sedikit tersipu. Mungkin jika yang baru mengenal akan merasa aneh, melihatnya tersipu ketika dipuji, tapi aku sudah terbiasa. Dia memang begitu, polos, manis dan tulus. Paling tidak itulah yang kurasa selama ini.
Sehabis memandikan Yu aku menyuapinya sambil menonton tv, Ryeowook sudah berangkat. Kami tidak memiliki pembantu karena memang semua masih bisa dihandle.
Kini Yu sudah tidur lagi, pekerjaan rumahpun sudah beres. Saat bergegas mandi tiba-tiba ponselku berdering.
Ahh Appa.. Kata ku melihat namanya didisplay hp.
"ne.. Yeobo" sapaku
"Eomma tolong datanglah kekantor" pintanya
"wae?"
"aku kangen, ahh anni, hehe. Kertas sketsa ku tertinggal di meja ruang tengah bisa kau bawakan?"katanya
"oo.. Mungkin 1 jam lagi aku sampai" jawabku.
"kurae, gumawo" jawabnya
-o0o-
Dengan menggendong Yu aku mendatangi kantor suamiku, tak kusangka disana aku bertemu lagi dengannya, iya JoongWoon.
Apa dia merangkap kerja disini juga?
Tunggu, apa yang dilakukannya dengan Ryeowook?
Aku duduk menunggu karena ternyata Ryeowook sedang ada tamu dan dia lah tamunya.
Begitu pintu terbuka suamiku dan dia melihat ke arah ku bersamaan. Mereka berdua juga menyapaku hampir bersamaan pula.
"yeobo"panggil Ryeowook.
"Lee ji hyun... Yeobo??" katanya yang menoleh ke arah ku dan Ryeowook
"ahh kalian sudah saling kenal? Ini Lee ji hyun istriku dan itu anak kami Kim Shin Yu" jelas Ryeowook
"kami teman SMP" jawab ku ambil bagian.
"Chicha?? Yaa.. aku dan JoongWoon teman SMA, bahkan kami dulu adalah teman sekamar diasrama" balas Ryeowook
"yee, rindu sekali saat-saat seperti itu" ujar JoongWoon.
Ada nada tertahan disana entah apa hanya perasaan ku saja.
Pulangnya JoongWoon mengajakku makan siang karena suamiku harus bekerja dilapangan bersama staff nya. Ia juga mengizinkanku melepas kangen dengan Joong Woon, ohh suamiku tidak tau kah kau bahwa ini akan menjadi bumerang untuk mu, untuk rumah tangga kita. Kau tau istrimu ini sedang bersama cinta pertamanya.
Hingga pertengahan makan dia terus memandangi Yu. Tak habis putra kami ditimangnya. Membuatku makin tak enak.
"ya.. Lee ji hyun, kau tak bilang kalau kau sudah menikah kemarin, bahkan memiliki anak setampan ini" ujarnya membuka obrolan.
"kau tidak bertanya"
"ahh walau begitu, kau tetap masih cantik"
Mendengar itu pipiku memanas.
"apa kau tau dulu aku sempat menyukaimu? Yahh dan sepertinya sampai saat ini"
Aku tersentak dan memandang langsung ke matanya agar yakin dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
"begitu mengecewakan mendapati kenyataan ini, ahh andai waktu bisa diputar akan kukatakan langsung padamu saat perpisahan SMP dulu"

My True Happiness
Pic by  @ta_viana
Aku terdiam menatap lurus ke makananku. Namja ini barusan mengutarakan perasaannya. Kata-kata yang paling ingin kudengar dari orang yang paling kuingin miliki namun disaat yang tak bersahabat seperti ini. Aku meneguk air putih beberapa kali untuk menetralkan pikiran karena terlalu kaget.
"maaf kalau aku lancang, tak pantas bersikap seperti ini pada wanita yang telah bersuami, tapi aku tak tau harus bersikap seperti apa, kau tau selama ini aku menantikan saat kita bertemu kembali dan pada akhirnya menikahimu, tapi..." kata katanya terhenti.
Sesak. Aku tau itu. Aku pun merasa yang sama. Kubiarkan ia menggelontorkan semua isi hatinya. Paling tidak hanya itu yang bisa ku lakukan sekarang sebagai rasa empatiku.
Hingga saat kalimat jahat itu keluar dari bibirnya membuatku seketika marah besar.
"Lee ji hyun, tidak bisa kah kau menceraikan suamimu dan berlari kepelukanku? aku bersedia menerima Yu seperti anakku sendiri"
Tak kusangka ia berani berkata begitu. Sungguh aku ingin melakukannya, tapi itu dulu, saat memang segalanya mungkin, kini aku telah memiliki suami dan anak. Pertanyaan macam apa itu.
Buru-buru aku mengemasi barang milik Yu seperti botol susu dan sapu tangannya. Ku keluarkan uang lembaran 50.000 won dan bersiap pergi.
" Mian, sepertinya obrolan ini tidak bisa dilanjutkan lagi" kataku sambil sedikit menggebrak meja dan meninggalkan uang tersebut. Aku benar-benar menarik diri agar tak terbawa.
Ternyata ia tak mengejarku. Begitu ingin aku cepat-cepat sampai rumah. Mendapati kenyataan manis sekaligus pahit ini membuatku murung seharian.
***
Malamnya ketika Ryeowook pulang, ku tampakan senyuman semaksimal yang ku bisa. Wajah serius JoongWoon tadi siang ketika melamar atau apalah itu namanya terbayang selalu. Berharap wajah dan pikiran tentang Joong Woon hilang, suamiku yang tulus, tak akan aku pernah setega itu mengkhianatinya.
"yeobo"panggilku disebelahnya yang kini sedang membaca majalah
"ehm"gumamnya
"Chuae"kataku. Mendengarnya ia pun menutup bacaannya dan memandangi wajahku.
"I love you as always" jawabnya mengecup keningku, membuatku makin merasa bersalah.
Hanya sebatas menyukaimu, ahh kenapa aku ini bahkan setelah 3 tahun menikah, bahkan disaat keadaan seperti ini pun aku hanya bisa berkata menyukai, kapan kata pamungkas itu bisa terlontar dengan tulus.
"yeobo wae? Kuperhatikan ada yang mengganggu pikiran mu sepertinya" tanyanya menarik pinggangku.
"Appa... JoongWoon itu, teman seperti apa?" tanyaku memberanikan diri.
"Dia teman 1 SMA ku bahkan teman sekamar waktu diasrama"jawabnya
"apa dia baik?"
"hmm.. " katanya mengangguk
"oiya, apa kau tau kalau dia memiliki fotomu" katanya yang mengingat.
"yee??" aku tercekat mendengarnya.
"iya..ini sudah lama sekali, jadi waktu beberes kamar kami, aku mendapati fotomu, benar itu fotomu ada didalam bantalnya, kupikir itu foto adiknya, kurasa dia menyukaimu, benarkan?" seloroh Ryeowook padaku
"chincha?? Moolla Appa" jawabku menggeleng
"yah aku juga tak tau ternyata gadis yang ibuku kenalkan adalah gadis di foto milik JoongWoon. Ahh dan akhirnya aku jatuh cinta padamu. Sepertinya aku dan dia sama-sama mencintai orang yang sama" katanya makin berani. Aku tau ia sedang menunjukkan kecemburuannya.
"Appa .. "kataku yang kemudian mencium bibirnya agar ia berhenti. Ampuh memang tapi ia malah meminta lebih.
"berjanjilah untuk selalu disampingku" pintanya yang kujawab dengan anggukan. Ia pun pelan-pelan tertidur kuperhatikan lekat wajahnya,
"kau begitu sempurna bagiku Appa" kataku saat ia sudah pulas. “Mianhe jika aku belum sepenuhnya mencintaimu.”
-o0o-
Pagi ini aku sengaja bangun lebih awal agar bisa mendahuluinya membuat sarapan. Aku berencana membuat pancake kesukaannya, mungkin aku tergerak karena merasa bersalah masih mencintai orang lain bahkan hingga jalan berdua.
Kudengar suara langkah kaki, ahh pasti itu dia, berjalan ke arah dapur, mendekatiku.
Dan "grep" dia memelukku dari belakang. Aku hanya terdiam.
"Eomma, kenapa kau mengambil bagianku? Apa kau sudah bosan dengan nasi goreng?" tanyanya manja
"anniya.. Kau pasti ingin makan sarapan buatanku makanya aku sengaja membuat "
"ehm kurae.. Aku lapar kalau begitu" jawabnya diselingin tawa.

Pukul 08:30
Seusai mengantar Ryeowook berangkat hingga pintu depan aku bergegas membuat sarapan untuk Yu. Putra kami itu hanya akan bangun jika lapar dan pipis. Ditengah kesibukanku mengaduk bubur merah Yu, tak lama terdengar suara bel pintu. Segera ku tinggalkan sejenak bubur Yu.
Betapa kagetnya melihat dia lagi
"Joong Woon-ssi" kataku
"mianhe aku datang berkunjung pagi benar, aku sudah mengirim pesan sejak semalam tapi tak ada balasan, boleh aku masuk ?" pintanya. Aku hanya mengangguk.
" silahkan duduk, sebentar ku ambilkan minum" kataku
Sambil menyuapi Yu aku melayaninya ngobrol. Sengaja ku bawa Yu agar ia ingat bahwa aku adalah wanita yang sudah bersuami dan memiliki anak. Dia bilang minta maaf karena kejadian kemarin, diluar kendali katanya. Ia tak bisa tidur nyenyak karena kejadian hari itu. Ku bilang bahwa sudah memaafkannya. Walau hal tersebut begitu lancang.
"aku tak sempat membalas" jawabku.
"aku tau kau pasti sibuk, tapi.." Katanya menggantung
"tapi?" sambarku sambil mendudukan Yu di pangkuan.
"maukah kau menemaniku ke tempat ibuku?" pintanya, masih dengan mata yang sama. Mata dengan tatapan terluka itu. Apa ia gila mengajakku bertemu ibunya. Dia pikir aku calon menantu?
"Mwo?" ucapku penuh penegasan
"aku mohon 1 kali ini saja.. Aku jarang berada di Seoul"katanya
"untuk tujuan apa aku menemuinya?" tanyaku
"aku memiliki janji kepadanya, dan itu berkaitan denganmu"
Alis ku bertaut, entah suara seraknya atau apa membuatku terhipnotis untuk mengiyakan. Aneh memang. Rasa itu tetap ada, sebisa mungkin ku tepis namun pertahanan ku pun roboh juga. Aku.. Paling tidak ingin sebentar bersamanya. Walau sebentar, walau untuk yang terakhir.
Aku menyetujuinya untuk ikut.
Diantar dengan mobil miliknya. Kami menyusuri daerah pinggiran kota Seoul. Katanya dia ada di Seoul seminggu ini untuk urusan pekerjaan, swalayan nya akan membangun cabang disini dan Ryeowook lah arsitek yang ditunjuk. Ahh iya suamiku, aku bahkan belum meminta izin padanya. Tak apalah anggap saja ini pertemuan ku yang terakhir dengan JoongWoon. Tak perlulah ia tau.
Mobil hitam ini membawa kami ketempat yang agak aneh tak ada rumah penduduk hanya padang rumput, dan gerbang besar bertuliskan "Pemakaman Umum".
"iya, ibuku sudah tidak ada. Aku ingin mengunjunginya bersamamu" ucapnya sambil tersenyum. Aku hanya terdiam, akupun juga seorang yang sudah tak berayah dan ibu. Aku tau rasanya.
Sesampainya didepan makam ibunya ia memberi salam beberapa kali, menyiraminya dan memberi bunga. Yu yang ada didalam gendonganku hanya tertidur tenang. Sempat kaget ternyata ia membawaku kesini.
"Eomma, ini aku JoongWoon, aku datang. Aku baik-baik saja, kau juga kan? Oya apa kau ingat tentang gadis yang ku ceritakan dulu, aku tepati janjiku, hari ini aku membawanya, dia cantik bukan? " sapanya panjang lebar. Ku biarkan ia berbicara apapun, toh itu hanya makam.
"tapi Eomma.. Aku sudah terlambat, ia telah memiliki suami dan anak. Lihat anak dipelukannya, manis seperti ibunya, benarkan Eomma?" lanjutnya lagi.
"Eomma, aku akan sehat dan baik-baik saja, Eomma harus bahagia disana.. Arra!! Aku pamit Eomma" katanya.
Tak ada airmata, walau suaranya seperti isakan tapi ia tidak menangis. Ia malah tersenyum memandangiku.
Menggenggam tanganku untuk beranjak. Ia memberi isyarat untuk melepas Yu, ia ingin menggendongnya. Aku pun memberi Yu, ahh kenapa aku merasa bagai keluarga.
Ia berjalan duluan sementara aku masih memukuli kepala ini untuk menyadarkan bahwa aku sudah bersuami. Hingga aku tak merasa bahwa ia sedang memperhatikanku dan menabraknya, namunmalah dibalasnya dengan pelukan, begitu hangat, ia memelukku sambil menggendong Yu. Ku anggap ini pelukan seorang teman, hingga ia membisikan kata itu ditelingaku membuatku tersadar
"saranghae, Lee Ji Hyun" katanya penuh perasaan.
Sontak aku memundurkan tubuhku, ku ambil Yu dari lengannya.
"Mian.." ucapku pelan sambil berjalan kearah mobilnya.
Aku tak marah, aneh, aku hanya kaget. Jujur hatiku begitu campur aduk, aku bahagia mendengarnya. Tapi untuk bersamanya. Ku rasa itu tak akan pernah terjadi. Semua sudah terlambat. Hadirnya ia kembali juga adalah sebuah kesalahan.
Siangnya sebelum pulang ia mengajakku mampir ke restoran untuk makan. Ditengah makan ponselku berdering, suamiku menelpon.
"nee.. Appa" sapaku, ku lihat air muka JoongWoon berubah, mendengarku memanggil Appa.
"aku sedang diluar bersama teman" jawabku
"hanya teman lama.. Sebentar lagi aku akan pulang "kataku lagi.
"kurae Appa, jangan lupa habiskan makan siang mu, nee.. ne.." kataku sambil menutup telepon.
"Ryeowook?"tanya nya kemudian
"ehm" jawabku sambil mengangguk.
"senangnya menjadi dia, semua perhatianmu tercurah padanya"ucapnya penuh nada sarkasme.
"jelas dia suamiku, JoongWoon-ssi" kataku menyipitkan mata.
"Ji hyun, kau tau ibuku meninggal saat aku SMP.. Tepat 2 hari setelah hari kelulusan kita, ia mati bunuh diri, kau tau kenapa?"tanyanya
Aku bergidik mendengar kata-katanya barusan.
Hening, ia pun melanjutkannya.
"Karena ia memergoki ayahku sedang selingkuh dengan wanita lain, ia langsung pulang kerumah dan memilih untuk gantung diri, ayahku yang tak berani pulang karena kepergok itu, hingga hari ini, lelaki pengecut itu, menjijikan untukku melihat wajahnya, semenjak itu aku ikut nenekku dan pindah dari Seoul ke Daegu. Tak menyangka di SMA aku kenal bahkan bisa sekamar diasrama dengan Ryeowook, ia memiliki keluarga bahagia, ayah ibu yang harmonis, aku bahkan pernah kerumahnya. Segala hal ia punya, kami selalu bersaing dalam tingkatan dikelas, ia memiliki segala yang ku ingin, bahkan wanitaku pun kini ia yang memiliki! ahh tak kusangka.. Bahkan ketika kalian menikah aku sedang menyelesaikan s1 ku di jepang. Hanya beasiswa yang bisa menyelamatkanku, membuat aku bisa menepati janji kepada ibuku untuk bersekolah setinggi mungkin dan bisa mengenalkan gadis yang kucintai" ungkapnya terang-terangan.
Mendengar penuturannya aku merasa amat iba, jadi alasannya menghilang adalah karena semua hal menggores batin ini. Aku benar-benar berduka untuknya. Ku genggam erat tangannya. Membuatnya menatap kearahku. Setidaknya hanya ini yang bisa kuberikan untuk mengurangi rasa sakitnya.
Dimobil ia terus diam hingga sampai mengantarku didepan gerbang rumah, Yu kutaruh di belakang dengan baby car seat agar aman jika pengemudi ngerem mendadak. Baru hendak membuka seat belt, ia tiba-tiba memalingkan wajah ku menghadap kearahnya.
"Jihyun, kau tau kan aku mencintaimu, bahkan hingga saat ini" kata-katanya amat pelan.
"sejak kapan?" hatiku mulai luluh hingga kuberanikan bertanya tentang ini.
" sejak hujan disore selasa itu, memandangimu yang terdiam didepan aula SMP karena menunggu hujan reda" Jelasnya.
Seketika mataku membulat, kaget.
Karena disaat itupun aku mulai menyukainya, ia memanggilku untuk bersama menunggu didekat parkiran sepeda, karena sesudahnya, ia berjanji memboncengi pulang bersama. Mendapati kenyataan tersebut aku membalas tatapnya dengan lembut. Tanpa kusadari memori masa lalu nan manis itu berputar kembali, membuatku secara refleks memejamkan mata.
Seketika terasa ada napas yang menderu mendekati wajahku kucoba untuk membuka mata, dan kulihat JoongWoon sudah berjarak 3 senti didepan wajahku, entah setan apa yang menyuruhku untuk kembali memejamkan mata, karena ku tau apa maksud JoongWoon. Ia menciumku, dan aku membiarkannya, bahkan aku membalasnya sesekali. Ciuman ini, ciuman penuh hasrat, hasrat kerinduan akan perasaan cinta pertama yang akhirnya terkuak. Aku hanya terdiam merasakan semua perlakuannya, ia bahkan mencoba merubah arah kepalanya agar bisa menjangkau bibirku lebih dalam. Aku dibawanya terbuai, hingga lupa siapa aku ini, jika tidak karena tangisan Yu, mungkin hal diluar kendali lain bisa terjadi. Buru-buru ku lepas pagutan kami dan keluar mobil mencopot baby car seat Yu. Ia turun untuk mengantarku. Jelas wajahku memerah karena kejadian barusan.
Ia tersenyum mendapatinya hingga mencium kening Yu dan membiarkan ku masuk.
Begitu masuk rumah tak ku sangka Ryeowook sudah ada diruang tamu, tengah menonton tv. Sudah sore rupanya, seharian pergi hingga lupa waktu.
"Appa kau sudah pulang?"tanyaku membuka suara.
"neee.. "katanya sembari memencet tombol remot tanpa memalingkan wajah.
"apa, Appa sudah makan?" tanyaku lagi
"yeobo, lekas mandikan Yu" sambarnya setengah membentak, membuatku lekas masuk kamar.
Malam hari nya aku makan sendiri dimeja makan. Ryeowook sedang sibuk bermain Ipad dengan Yu. Entahlah ku ajak makan dia bilang belum lapar. Apa mungkin dia tau aku pergi, bahkan memergokiku dan JoongWoon. Ahh tidak-tidak mungkin.
Kucoba mengajaknya bicara sambil ikut bergabung dengan Yu.
"Appa.. Yu.. Eomma ditinggal yaaa" kataku sambil membawa teh untuk Ryeowook.
Ia melihat kemataku sebentar kemudian menaruh Yu ke box nya.
"aku lapar, lekas tidurkan Yu, lalu segera keruang tamu" perintahnya meninggalkan kami. Kenapa ia jadi begitu dingin? apa ia melihat ku ketika dimobil tadi.
-o0o-
"Appa.. Teh mu kau tinggalkan, sekarang sudah dingin" kataku memanggilnya sembari berjalan ke ruang tamu, begitu Yu sudah tidur.
"Eomma hari ini kau pergi kemana? Dengan siapa? Teman lama yang kau maksudkan itu apa JoongWoon?"
Deg. Benar saja firasatku terbukti, dia memergoki ku. Akan seperti apa rumah tangga kami. Aku sungguh kalut. Aku hanya terdiam.
"JAWAB" bentaknya. Aku tergagap.
"yee.. Appa, aku mengantar dia ke makam ibunya. Mian aku tak minta izin, karena aku anggap ini hanya jumpa teman lama, dan yang terakhir" kataku beralasan.
" aku hari ini melihatmu, di restaurant, kau pasti tidak menduga kan? Jelas!!! Kau sibuk berpegangan tangan dengannya" katanya mencibir. Aku baru tau ternyata dia begitu mengerikan jika cemburu. Tak ada kata yang keluar dari bibirku. Seakan rasa bersalah sudah bertumpuk menyumpal mulut ini.
"bahkan kau membawa Yu, Yu melihat semuanya kan.. Dan bahkan pola kunci ponselmu adalah inisial namanya!"bentak suamiku makin menjadi.
Seketika ku tatap matanya, dia terisak mengatakan itu. Sakit rasanya di jugde dan dicurigai seakan aku wanita murahan. Hingga akhirnya kupilih untuk berkata jujur.
"Appa, hari ini aku mengantarnya ke makam ibunya, kami makan siang bersama lalu ia menceritakan tentang kematian ibunya, dan aku berempati dengan memegang tangannya" jelasku.
Ia memalingkan wajah ke arah tirai lebar jendela rumah kami. Dia tak menerimanya.
"lalu bagaimana dengan inisial namanya? Y itu untuk Yesung kan?" tanyanya gusar
Aku menganga kaget, Yesung? Bahkan aku tak tau nama itu.
"Yesung adalah nama kecilnya!! Kau sudah tau hal itu kan! Sudah sejauh mana hubungan kalian???" bentaknya tak kalah kencang dari yang tadi.
Aku paham ia begitu marah dan cemburu hingga asal tuduh. Aku tidak menyalahkannya, karena bahkan tadi siang aku sudah menyelingkuhinya dengan menerima ciuman dari JoongWoon. Dalam keadaan tertunduk kucoba membuka suara untuk menenangkannya. Namun belum sempat, ia sudah menyambar lagi.
"yeobo, kau tau JoongWoon itu teman sekaligus rivalku, dengannya sekeras apapun aku berusaha aku tetap menjadi yang no.2 bahkan dihatimu pun juga begitu kan?" aku makin terdiam.
Semua kata-katanya, ya semua yang baru ia ucapkan kuakui itu benar.
"yeobo, kau tau saat pertama melihat mu aku sadar bahwa kau lah gadis yang dicintai JoongWoon, maka saat itu pun aku tertarik untuk mengenalmu, tak kusangka aku akhirnya jatuh cinta hingga sedalam ini, dan kau.. Kau .. Tidak bisakah aku lebih baik sedikit darinya, kenapa aku selalu no2 bahkan saat kau telah menjadi istriku???"ujar Ryeowook yang mencengkram pundakku.
Aku hancur mendengarnya, dia menikahiku karena JoongWoon mencintaiku? Dia menganggap aku ini bagai sebuah piala??
"Kim Ryeowook-ssi, jadi selama ini kau pura-pura mencintaiku? Bukan, tapi kau melakukan semua ini demi ambisi mu? Kau sudah tau siapa aku sebelumnya? Kau menjadikan ku pelampiasan segala hal yang tak bisa kau juarai? " aku menghadapkan wajahku untuk memandang kearahnya. Menatap nanar langsung kematanya, bersiap menyelesaikan kata-kataku atas segala ucapan dan tuduhan itu.
"Mianhamnida Ryeowook-ssi, kalau hari ini aku sudah melakukan hal yang amat salah, aku akui bahwa aku sudah kelewat batas sebagai seorang wanita bersuami, cheongmal mianheyo.."jelasku yang bergetar.
"dan asal kau tau, aku tak sedekat itu dengannya, hingga tau nama kecilnya, Y di pola ponselku adalah inisial Yu.. Putraku" jawabku lagi disertai penekanan pada kata terakhirnya, lalu melangkahkan kaki menuju kamar dan membanting pintunya. Ku buka lemari dan mengambil tas besar lalu memasukkan pakaian ku juga Yu. Ku ambil sekena tangan ku, apapun yg kupegang ku masukkan ke dalam tas. Lalu ku angkat Yu pelan-pelan agar ia tak terbangun. Sambil membawa tas dan Yu aku bergegas keluar rumah, ia sudah ada di muka pintu utama dengan piyamanya. Mukanya ditekuk sejadi-jadinya. Aku tau dia menyesal tapi ini amat keterlaluan. Ku palingkan wajah agar tak terlihat.
"Eomma.. Ini sudah malam, kau mau ajak yu kemana" panggilnya kini sudah memelan.
"kemanapun, asal bukan disini" kataku berjalan untuk menyetop taxi.
-o0o-
Aku tau aku salah, tapi bukan seperti ini. Bahkan ia sudah terang-terang memberitahuku bahwa ia mengecek ponselku. Ia memberitahuku hal yang merobek hati, kupikir dia suami sempurna, ternyata tak lebih dari seorang pecundang.
Bagiku JoongWoon masa lalu dan akan begitu selamanya. Aku melakukan hal kelewatan di mobil itu pun, karena ku pikir itu pertemuan terakhirku. Namun kesalahannya lebih besar lagi. Aku benar-benar kalut. Tak ada tempat pulang lagi selain kerumah mertua, tak akan aku menelpon Joong Woon. Ia orang lain bagiku. Ini urusan keluarga.
Sesampai disana ibu mertua amat heboh menerima kami, sudah hampir pukul 1 malam aku membawa Yu ke Daegu. Ia jelas tau kami bertengkar walau inilah pertengkaran pertama yang membuatku kabur dari rumah.
Ia buru-buru menyuruhku istirahat dan menaruh Yu di kasur.
"Jihyun, kau pasti sedang bertengkar kan? Ryeowook kami memang seperti itu, ia anak tunggal, sulit untuk mengalah dan tak mau mendengar alasan, lekaslah berbaikan, eoh" pinta nya padaku.
"Eommoni.."panggilku
"ye??" katanya.
"tolong jangan bilang aku disini, biar dia yang menyadari aku kemana" pintaku yang dijawab dengan anggukan.

*Author POV*
Ryeowook yang merasa bersalah, hanya bisa meratapi kekonyolannya. Semua kata-kata itu keluar begitu saja. Memang benar, alasan awal ia ingin mengenal Jihyun adalah karena dia melihat Jihyun difoto JoongWoon, tapi setelah mengenalnya ia jatuh cinta dan bahkan tak mau kehilangan. Dicobanya untuk menelpon hp Jihyun, nihil no nya tidak aktif. Pikirannya sudah jauh dari hal positif. Ia merutuki kejadian malam ini, kenapa bisa ia begitu cemburuan.
Hingga pagi menjelang, ia telah menelpon satu persatu teman Jihyun bahkan JoongWoon, malu rasanya menanyakan harta berhargamu hilang kepada orang yang juga menginginkanya. Namun sama saja hasilnya, JoongWoon tak tau.
Hari ini Ryeowook berangkat ke kantor seperti mayat hidup, ia tak berkeinginan sarapan bahkan untuk minum kopipun tidak. Sepanjang hari ia hanya duduk terdiam di ruangannya. Ketika diajak keluar untuk makan dan ke lapangan pun ia menolak dengan berbagai alasan. Memang sesal selalu datang terlambat.
-o0o-
*JiHyun POV*
Malam ini bulan begitu terang, Yu sedang bermain dengan kakeknya. Baru 1 hari aku sudah merindukannya. Suamiku itu mengapa makin diingat makin menyakitkan. Lamunanku pun buyar karena tiba-tiba ibu mertuaku mengejutkanku dengan memegang pundak.
"Eommoni,"kataku terkejut.
"Jihyun, katakan pada ibu, ada apa sebenarnya" bujuknya padaku. Dari kemarin memang aku terus menutupi masalah kami, tapi bagaimana pun, selain menenangkan diri aku kesini juga untuk mencari solusi
Aku pun mengisahkan tentang asal muasal pertengkaran kami, tentu dengan sedikit sensor.
Ibu mertuaku malah menanggapinya dengan tersenyum. Sambil mengelus punggung tanganku ia berkata
"kau tau, setelah pertemuan kedua denganmu itu, ia meminta kami untuk melamarkan mu.. Sebelum ayahmu meninggal ia bahkan telah meminta izin padanya, ibu pun heran, dari sekian banyak gadis yang kami kenalkan, ia begitu tertarik padamu, ibu rasa ia begitu menyukai dan mencintaimu"tutur ibu Ryeowook.
"tapi Eommoni, dia melakukannya karena…" kataku terhenti
"karena kau adalah impian temannya? Jihyun, dengar Eomma."katanya yang menangkup wajahku. Aku pun mengangkat kepalaku.
"pernah ia membahas JoongWoon sebelumnya?" akupun menggeleng.
"pernah ia bersikap kasar sebelum ini?" aku menggeleng sekali lagi.
"apa pernah ia membicarakan atau terdengar dengan wanita lain?" aku terus menggeleng.
"kau tau Jihyun, semua kata-kata yang terlontar kemarin itu adalah bentuk pertahanannya, ia sedang mencari tameng agar rasa cemburunya terlihat beralasan. Ia ucap semua yang baginya masuk akal agar kau luluh, cintanya padamu begitu besar, mana ada orang yang hanya ingin membalas dendam namun tidak mencari cinta lain? " tegasnya yang mengelus kepalaku.
Ku telan dalam-dalam kata-kata ibu mertuaku. Semua seakan terbuka, mata hati dan pikiranku, bagai ada satu kabel yang baru tersambung dikepalaku sesaat tadi, kabel yang telah lama putus, membuatku sadar. Benar semua ucapannya, Ryeowookku, suamiku, ayah Yu. Tak pernah ia melakukan semua itu, dalam kegamangan ini aku mengiba memanggil namanya
"Ryeowook oppa, Yu Appa cheongmal mianhe"
Ibu mertuaku mendekapku erat, benar pilihanku untuk kesini, ia membuka hatiku. Membuka pikiranku, bahwa aku pun mencintainya.

Selepas nya aku memikirkan berkali-kali, perasaan rindu ini menyesakan dadaku. Ohh aku merindukannya, annimyeon aku mencintainya. Kurae, kusadari ternyata aku mencintainya, hanya saja semua tercover karena cinta masa lalu ku, caraku menikahi Ryeowook yang karena perjodohan dan kuanggap tanpa cinta ini, namun perasaan sesak ini apa namanya. Apa hanya rindu, penyesalan, cinta atau kesemuanya?
Buru-buru ku charge ponselku, aku sengaja mengabaikannya, karena ku tau pasti ia akan menelpon. Ingin segera kulihat fotonya di galeri, ketika ia sedang menggedong dan menciumi Yu. Aku benar-benar merindukannya, rasa marah memang berbahaya, menjadikan seseorang dapat lepas bahkan hilang kendali.
Kulihat 72 missed call dan 1 buah pesan. 67 missed call dari suamiku dan 5 dari JoongWoon.
"JoongWoon?? Ia menelpon?" batinku
Kubuka 1 pesan tersebut, ini juga dari JoongWoon, ia bahkan mengirimiku pesan.
Aku tau pesan ini pasti bukan dari Ryeowook, suamiku itu, begitu malunya hingga tak dapat merangkai kata sekedar bertanya aku dimana. Klik kubuka sms tersebut.

From:JoongWoon
- Jihyun, suamimu tadi menelpon. Kau kemana? Dia mencarimu, jika kau tak ada tempat pulang datanglah padaku.-

Membacanya aku bergidik, apa yang akan dia lakukan jika aku mendatanginya. Ku mantapkan hatiku untuk membalasnya.

To: JoongWoon
- JoongWoon-ssi, ayo kita bertemu besok, aku akan mendatangimu disupermarket.-

Dan setelahnya ku kirimkan sms untuk Ryeowook.
To: Yu Appa
- Appa, aku merindukanmu, bagaimana kabarmu? Apa kau sudah makan hari ini? Aku akan marah jika kau belum makan. Lekas jemput aku di Daegu. -
Send.

Lantas sengaja kumatikan ponsel, agar ia kalang kabut. Benar saja 7 menit kemudian telepon rumah kami berdering, bibik pembantu mendatangiku. Kubilang untuk katakan padanya agar datang besok siang, kalau tidak aku tak mau pulang. Aku tersenyum sendiri, merasai perasaan ini, beginikah rasanya berpacaran? Penuh tarik ulur, dan yang terpenting adalah bahagia rasa cinta, yak karena kami dulu tak merasakannya, mungkin hanya aku, karena ku tau dia begitu mencintaiku.
-o0o-
*Author POV*
Ryeowook benar-benar lega, istrinya ternyata ada di rumah ayah ibunya.
"ahh bodohnya aku" katanya membatin.
Memang benar sepertinya ini hanya perasaan negatifnya saja. Istrinya itu tidak seperti yang ia tuduhkan.
Bergegas ia kedapur, membuka kulkas lalu masak dan makan. Seharian ini dia belum makan apapun.
Selanjutnya ia berkemas agar besok ia bisa izin kekantor pagi-pagi benar dan langsung tancap ke Daegu. Rasanya ingin sekali berangkat detik ini juga. Namun itu permintaan istrinya. Sebagai penebus rasa bersalahnya ia pun menurut.
Esoknya setelah izin langsung dan menitipkan berkas kekantor ia langsung lanjut ke Daegu dengan lama perjalanan 3 jam. Dijalan ia berpikir untuk berbelanja dulu agar bisa memasakan istri dan keluarganya, ia pun meminggirkan mobilnya diswalayan biasa mereka berbelanja, dibelinya beberapa bumbu, sayuran, daging juga buah-buahan. Ditengah konsentrasinya dalam memilih bumbu, dilihat JoongWoon yang mengenakan celemek khas swalayan tersebut. Ingin ia menyapanya sekedar memberi salam. Namun ia sudah berlalu, maka dilanjutkan kegiatannya yang terhenti.
Selesai membayar dikasir dilihatnya lagi, JoongWoon mendatangi seseorang,
"yaaa itu Eomma"gumamnya.
Sambil membawa belanjaan buru-buru ia masuk lagi untuk menghampiri mereka, namun semenit kemudian ia mengurungkan niatnya. Ini privasi Jihyun, tugasnya hanyalah mempercayai istrinya, karena sebuah hubungan jika tidak dilandasi dengan kepercayaan tinggal menunggu robohnya saja. Bagaimana ia bisa melatih rasa itu jika sedikit-sedikit ia curiga dan lantas marah. Ia sadar kemarin begitu kelewatan, jangan sampai ia melakukannya lagi. Ia relakan segalanya, yang terjadi adalah yang terbaik tugas nya hanyalah tidak memperkeruh keadaan.
Ia pun kembali ke mobil menunggu istrinya keluar agar pulang bersama. Cukup lama hingga akhirnya ia bosan dan mencoba berjalan-jalan kemudian menemukan penjual bunga, sambil tersenyum ia memasuki toko itu, dibelinya beberapa tangkai mawar putih kesukaan istrinya. Ia pun menunggu kembali kedalam mobil, hingga akhirnya yang ditunggu muncul.
Sambil tersenyum Ryeowook memencet klakson, membuat istrinya kaget mendapati suaminya tengah melambaikan tangan ke arahnya.
"Appa" ucap Jihyun pelan.
"kau lama sekali" kata Ryeowook begitu Jihyun berdiri didepannya.
"kau tau aku ada didalam? Apa kau menunggu ku? Kenapa tidak memanggil atau menelpon?" cecarnya pada Ryeowook.
Yang dibalas dengan gelengan.
"masuklah" ujar Ryeowook yang menunjuk kursi sebelahnya dengan dagu menyuruh Jihyun masuk.
Begitu membuka pintu mobil dilihatnya seikat mawar putih tergolek manis. Ia mengambilnya dan memandangi Ryeowook menanti jawaban.
"milikmu"katanya yang tau istrinya kebingungan.
"Appa, non... Gumawo"jawab Jihyun tersenyum sambil menciumi bunga pemberian suaminya itu.
Ryeowook kemudian menjalankan mobilnya mengarah kerumah. Jihyun memandangi kaca diatas dashbor melihat belanjaan di jok belakang.
"yeobo kau tadi berbelanja? Apa kau juga melihatku dengan JoongWoon? Appa itu tidak seperti yang kau lihat" jelas Jihyun tergesa-gesa.
"nee, nan mido yo" jawab Ryeowook yang tersenyum melihat sikap Jihyun yang begitu takut ia akan cemburu, jarang melihat Jihyun seperti ini.
"chinca? Kau percaya" ulangnya lagi
"oogh" kata Ryeowook dengan suara sengau khasnya. Ia mengiyakan.
"Appa, aku ingin melihat sungai dipinggir bukit itu" pinta Jihyun yang kini menaruh satu mawar di pinggir telinganya. Ryeowook menoleh karena permintaan Jihyun, ia pun tersenyum lagi melihat pola istrinya dengan bunga itu.
"kurae" jawab Ryeowook menyetujui.
-0o0-
JoongWoon terlihat lesu dimeja kerjanya, ia pandangi ponsel itu, ia hendak mengirim sms, namun diurungkannya, kemudian ditulisnya lagi, dihapus dan kini ibu jarinya bersiap menekan tombol send, 3 detik kemudian pesan pun terkirim, dilipat tangannya dan ditumpangkan kepalanya dengan malas.

-Daegu River-
*Author POV*
Ryeowook turun dari mobil lebih dulu dari istrinya, tak ada mobil lain hari itu, ia memandangi sungai tempatnya sering datang untuk berekreasi bersama Eomma dan Appa nya dulu ketika kecil. Terdengar suara pintu mobil ditutup, ia tau itu Jihyun yang menyusulnya, tanpa menoleh perlahan ia rasakan ada tangan yang menelusup kepinggangnya, itu tangan Jihyun.
Mereka berdua sama-sama terdiam. Hingga Jihyun membuka percakapan
"Yeobo cheongmal mianhe" ujarnya
"untuk apa?" jawab Ryeowook yang kini mendekap tangan Jihyun.
"Semua kesalahanku, aku akui dulu aku sempat menyukainya bahkan menunggunya, tapi kini aku sadar yang ku butuhkan adalah kau, bukan siapapun, betapa aku merindukanmu Appa, mianhe"terang Jihyun.
"Appa, aku bersyukur JoongWoon hadir kembali, kalau tidak aku takkan pernah tau rasa apa yang kumiliki padamu, dan tersisa rasa apa yang kumiliki untuknya" ujar Jihyun bersiap melanjutkan namun Ryeowook sudah keburu menjawabnya.
"yee, gwaenchana aku sudah bisa menerima semuanya, entah kedepannya bagaimana asal kau disisiku sudah cukup, aku tak ingin menjadi serakah, walau bagaimanapun aku tetap ingin memiliki hati dan cintamu kelak"
"Appa" panggil Jihyun yang tertunduk masih mendekap pinggang suaminya, ia ingin mengutarakan perasaannya, namun Ryeowook tak memberikannya giliran.
"Eomma kau tau, bagiku 2 orang yang saling mencintai adalah suatu keajaiban, aku berharap suatu saat juga bisa merasakannya, karena aku sadar selama ini aku bertepuk sebe..." jelas Ryeowook yang terhenti karena Jihyun sudah menyambar untuk berkata-kata.
"Appa sarangheyo, cheongmal sarangheyo, sarangheyo Appa" Jihyun mendekap tubuh suaminya lebih erat.
Ryeowook seketika membatu, ia menganga, tubuhnya pun menegang tak percaya apa yang baru ia dengar, apa telinganya sedang memperdayainya, 3 tahun menikah tak pernah ia dengar istrinya berkata “aku mencintaimu”, paling hanya menyukai, atau jawaban nado, atau anggukan ketika Ryeowook memintanya untuk selalu disampingnya. Ia masih menerawang hingga saat Jihyun sudah didepannya dan memeluknya dari depan,
"Appa, sarangheyo, maaf aku amat terlambat mengatakannya" sengaja Jihyun mengatakannya sambil menatap ke mata Ryeowook agar ia tau bahwa ia tulus dan serius mengatakannya.
Ryeowook buru-buru tersadar dan mendekap tubuh istrinya, tersenyum begitu lebar lalu membisikan "nado" sehalus angin. Bahagia yang ia rasa tak terperi dan tak terganti. Hingga sampai dimobil ia masih senyum-senyum.
Sesampainya dirumah ia lantas memasak bersama ibu dan istrinya. Ada perayaan besar sepertinya malam ini.
Seusai makan ia cek ponselnya. 1 Sms dari JoongWoon :
- Ryeowook-ssi, nae chingu, chincha mianhe, aku salah selama ini, maaf untuk mengganggu rumah tangga kalian, aku harap kita bisa berteman seperti dulu, terimakasih untuk semuanya, oya 2 hari lagi aku akan berangkat ke jepang untuk melanjutkan s2 ku, doakan aku agar mendapat wanita jepang yang cantik, baik dan anggun lebih dari Jihyun, jaga ia baik-baik. Aku mengandalkanmu.-
Ryeowook membacanya dengan perasaan campur aduk. Tak mengira akan begini jadinya, “lebih dari Jihyun” kalimat itu seperti mengisyaratkan bahwa ia sudah tak menginginkan Jihyun lagi, ia pun buru-buru mengetik balasan.
To: JoongWoon
- JoongWoon-ssi, aku sudah memaafkanmu, kenapa kau pergi begitu cepat? Kau bahkan belum makan masakanku seperti dulu, aku banyak salah dan berterima kasih padamu juga, ku doakan kau mendapat gadis baik yang begitu mencintaimu, percayakan Jihyun padaku. Nado sarangheyo nae chingu.-
-o0o-

"Jihyun apa kau sudah lama menungguku?" panggil JoongWoon ketika melihat Jihyun menunggunya.
" ayo kita ke cafetaria aku sudah izin tadi" ajak JoongWoon.
Jihyun pun menurut mengekori JoongWoon kemana ia pergi. Sesampai disana dipesannya 2 iced cappucino.
Jihyun yang tak sabaran langsung membuka cerita ketika pelayan meninggalkan mereka.
"JoongWoon-ssi"
"nee.."
"apa kau mencintaiku?"
"tentu Lee Jihyun"
"kalau begitu lepaskan aku, aku sudah bahagia dengan suami dan anakku"
"Mwo?" katanya tak percaya.
"kau tak tau betapa tersiksanya aku dan Ryeowook menahan ego masing-masing demi pembenaran diri kami, padahal segalanya bermuara pada 1 titik, aku dan dia saling mencintai" kata Jihyun yang membakar api dihati JoongWoon.
"kau bohong, aku tau kau hanya kasian padanya, kau tak lebih dari seseorang yang ingin berbakti namun mengorbankan dirimu" sergahnya.
Dibuatnya aku kehabisan kata-kata, pintar sekali pria ini membuatku bimbang.
Aku hanya menggeleng tersenyum. Kemudian menjawab
"anniy, aku sadar sekarang bahwa aku mencintainya"
"cukup Jihyun! " sambarnya setengah membentak
"Bagaimana jika tidak pernah ada Ryeowook didalam hidupmu? Bagaimana jika kau tak pernah bertemu Ryeowook? Hanya ada aku?" katanya gusar
"Aku tetap akan menunggu dan memilihnya.. Karena paling tidak ia bukan lelaki pengecut" kataku yang menohoknya, aku tau. ia sadar bahwa barusan aku menyindirnya.
"JoongWoon-ssi, apa kau mau kejadian ayahmu terulang lagi? Apa kau ingin melihat Ryeowook gantung diri? Anniya, apa kau ingin aku menggantikan posisi ayahmu, dan kau sebagai selingkuhannya itu?" tandasku membuat bibirnya bergetar.
"Maaf JoongWoon jika membawa-bawa masa lalu mu" batin Jihyun.
"Eomma" hanya itu yang bisa kudengar dari bibirnya. Tak tega sebenarnya, namun kisah ini harus diselesaikan.
"Aku sadar selama ini salah masih memikirkanmu, kau bukan siapa-siapa hingga mendapat hak yang sama seperti suamiku, bahkan lebih, aku sungguh merasa amat berdosa padanya karena malah lebih condong padamu, kini aku sadar pula bahwa aku tak bisa hidup tanpanya, maaf untuk semua kekecewaan yang kuberikan, aku harap kita bisa tetap berteman. Aku juga menyayangimu sebagai teman, teman yang pernah menduduki posisi spesial, maaf JoongWoon" kataku yang mengakhiri obrolan ini dan berpamitan kemudian berlalu meninggalkannya.
Sengaja tak ku genggam lagi tangannya, aku tak ingin terus berbuat dosa pada suamiku.
Hingga 1jam berlalu JoongWoon masih duduk disitu, 2 iced capucinno tadi hanya menjadi pajangan dimejanya, lelah ia terdiam disini, ia pun memutuskan kembali ke meja kerjanya, dengan gontai ia menyusuri arah kantor lalu berpikir masak-masak atas ucapan Jihyun. Hingga pada akhirnya ia mengalah dan menyerah, di sms nya Ryeowook dan Kepala Personalianya untuk meminta percepatan akan keberangkatannya ke jepang.
Ia pun akhirya sadar bahwa ia sudah hampir membuat ibunya terluka kembali. Ia menaruh kepalanya dilipatan tangannya. Berharap ia masih bisa termaafkan.
-0o0-
*Jihyun POV*
Malamnya sesudah menidurkan Yu, aku menghadiahi ryewook dengan ucapan sarangheyo hingga ia terlelap, Ryeowook bilang ini nina bobo terindah yang pernah ia dengar, ia bahkan berkata tidak akan tertidur saking bahagianya, namun payah ia kini sudah pulas. Melihat suamiku tertidur aku pun tersenyum sebentar dan ikut tidur dipelukannya.
"Yu Appa terimakasih karena kau adalah suamiku, I Love You" kata ku sebelum akhirnya jatuh ke alam mimpi. Dan langsung dibalas Ryeowook dengan pelukan.
"Eomma, aku ingin memberikan Yu adik" bisik Ryeowook sambil terkekeh masih dalam keadaan terpejam. Mendengarnya aku lantas kaget dan terbangun.
"Appa, kau belum tidur?" tanyaku melihat wajah Ryeowook untuk memastikan.
"bagaimana bisa tidur dengan perasaan sebahagia ini" katanya membuka mata
"Appa… " pekikku,
"besok saja, eoh?" pintaku
"Eomma ini sudah besok, ayolah" bujuknya. Dan akupun mengabulkan permintaan itu.
Kebahagiaanku berlipat ganda, karena kini aku melayaninya dengan penuh bakti, ketulusan dan yang terutama rasa cinta.
"Appa… terima kasih telah menjadi suamiku, aku bahagia, Kau dan Yu adalah kebahagiaanku, kebahagiaanku yang sesungguhnya, Nan cheongmal haengbokkeyo" kataku lagi disela kegiatan kami.
Ryeowook menatapku dengan binar kebahagiaan dimatanya, aku bisa melihat itu dengan jelas. Ia tidak menjawab kata-kataku, hanya mendatangi bibirku perlahan dan mengulumnya penuh penghayatan, dan melanjutkan malam bahagia kami.
Ahh bukan, tapi sisa hidup kami yang bahagia. Tuhan ternyata telah memberiku kebahagiaan yang hakiki disini, hanya aku saja yang selalu mencari dan berharap dari luaran sana. Kini ku taui inilah yang aku butuhkan selama ini.
-o0o-
Fin

The End

Related Posts:

0 Response to "Fanfictions Kim Ryeowook - My True Happiness"

Post a Comment